Mahkota kecil Jangan menangis Mengarungi hiruk pikuk fatamorgana dengan lentera kecil kamu berusahan menerangi sisi gelap hatimu yang membeku semua orang menjauhi mu dari balik jendela terlihat ufuk yang berwarna jingga dengan siluet unggu sambil memeluk kedua lutut kamu berusaha membiarkannya berlalu deru angin memabawa harmoni seolah mengetuk pintu yang tertutup cukup lama dalam hati jangan bersedih mahkota kecil ingatkah kamu saat melukis garis dalam gemerlap bintang saat malam datang kamu tersenyum riang seolah langit berkilau gemilang gelapnya tidak menakuti mu karena kamu melihat pantulan dirimu yang terang saat itu kamu melihat sesuatu yang sempat tertinggal dari mu kini perlahan datang mahkota kecil kejamnya dunia sama sekali tidak menghancurkan mu gelapnya malam tidak meredupkan mu panasnya siang tak menghanguskan mu mahkota kecil berjanjilan kalau kamu tidak akan hilang karena senyuman itu seperti mahkota kecil yang terus kamu kenakan
Benar? Wahai aku yang selalu merasa benar Dengan sedikit penjelasan atas dekap penderitaan Merasa berhak menjadi tuan hakim atas segala akibat Sadarlah sejenak... Langkah gontai dengan kaki terus gemetar Berpangku tangan pada kesalahan besar Menjengkelkan saat menunjukan ekspresi datar Tak mampu jujur karena jiwa selalu gentar Setiap salah selalu dilempar Sirkuit pikiran pun terus bermain layaknya komediputar Senyuman semu nampak kebohongan walau samar-samar Entah aku linglung atau sudah sadar Jujur aku tak tahu siapa yang benar, aku pun sadar kurangnya aku dalam belajar, tapi... menepis ego dalam keadaan sadar adalah perkara yang sukar, ingin ku hajar diri ku yang tak pandai untuk sadar. Menepuk dada dan merasakan jantung yang terus berdebar membuat ku selalu mencari makna kata "benar". Hingar bingar suara masuk memberitakan sebuah kabar, kalimat itu pun masuk membuat barisan dalam benak dengan rapih dan sejajar. Mendengar itu membuat ku semakin tak sadar tentang apa itu be